Thursday, November 25, 2010

Agama dan Masyarakat


            Dalam kehidupan bermasyarakat, agama merupakan salah satu elemen yang sangat sentral dan vital yang tidak dapt dipisahkan dari masyarakat itu sendiri, karena agama merupakan fondasi awal yang telah ditanamkan kepada masing-masing individu masyarakat. Ini dapat terjadi karena agamalah yang menjadi barometer atau tolak ukur seseorang dalam menjalankan kehidupan sosial di masyarakat. Agamalah yang mengatur dan memiliki peraturan yang berlaku tentang kehidupan, menekankan pada hal yang bersifat normative dan mengarahkan manusia kepada sesuatu hal  yang sebaiknya atau seharusnya dilakukan.
Fungsi Agama
Dari segi pragmatism seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sosial  fungsi agama mempunyai dimensi yang lain, diantaranya:
1.       Memberi pandangan dunia tentang budaya manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasa memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan tentang masalah  ini sebenarnya sukar dicapai melalui indera manusia, melainkan diterangkan melalui falsafah hidup. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus mentaati Allah SWT

2.       Menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan persoalan yang sedikit banyak tidak terjawab oleh akal manusia sendiri.Maka disinilah agama berfungsi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

3.       Memberi rasa memiliki kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Hal ini terjadi karena sistem agama menimbulkan keseragaman yang bukan saja sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

4.       Memainkan fungsi pengawas kehidupan sosial.
Agama di dunia selalu mendorong dan menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan nilai serta norma yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi sebagai pengawas kehidupan sosial
Masalah fungsionalisme agama  dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen. Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson (1984) diklasifikasikan keyakinan, praktek, pengetahuan, pengalaman dan konsekuensi.
1.      Dimensi keyakinan, mengandung arti bahwa orang yang religius akan mengikuti ajaran-ajaran agama yang benar sesuai dengan keyakinannya.
2.      Dimensi praktek, merupakan perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama dalam proses nyata atau dalam hal ini proses ritual.
3.      Dimensi pengetahuan, mengandung makna bahwa orang yang mempunyai pengetahuan tentang ajaran keyakinannya akan dapat memiliki informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan  keyakinannya tersebut.
4.      Dimensi  Pengalaman, mengandung arti jika seseorang secara sungguh-sungguh memiliki keyakinan yang kuat serta menjalankan ritual sesuai dengan keyakinan yang dianutnya maka akan mendapatkan ketinggian spiritual.
5.      Dimensi  konsekuensi
Tingkah laku seseorang yang memiliki komitmen religius, akan berbeda dalam pembentukan pribadinya

Pelembagaan Agama
            Agama merupakan sesuatu yang bersifat universal, abadi, yang mengatur masyarakat dalam semua sendi kehidupan. Jika berbicara tentang pelembagaan agama, ada beberapa  hal yang perlu dijawab, seperti, untuk apa agama ada, unsur-unsur, fungsi, bentuk dan struktur agama.
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, diantaranya :
1.      Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nila sakral.
Masyarakat tipe ini kecil,terisolir dan terbelakang.Anggota masyarakat menganut agama yang sama.
2.      Masyarakat-masyarakat Praindustri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, perkembangan teknologi lebih tinggi dari tipe yang pertama, agama memiliki arti dan ikatan kepada sistem nilai pada masyarakat.
3.      Masyarakat berkembang.
Agama selalu memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana selamat di dunia dan di akhirat dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan rasa aman dan tenang kepada pemeluk agama dalam menjalankan kehidupan beragamanya, untuk itulah agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial , merupakan sesuatu yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.
Lembaga-lembaga keagamaan pada puncaknya  berupa peribadatan, pola ide-ide dan keyakinan-keyakinan dan terkadang muncul berupa organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah,NU, dll. Pelembagaan agama itu sendiri  pada puncaknya terjadi pada tingkat intelektual, tingkat pemujaan(ibadat) dan tingkat organisasi.

Agama,Konflik  dan Masyarakat
            Agama merupakan sendi dasar dalam kehidupan. Didalamnya terdapat aturan dan norma-norma yang harus diikuti dan dipatuhi oleh penganutnya, Namun jika kita membaca di surat kabar atau mungkin melihat di televisi,  kita melihat banyak konflik yang terjadi di dalam masyarakat kita yang didasari oleh perbedaan pola pandang dalam kehidupan beragama.masing-masing mempertahankan argumentasinya bahwa ritual kelompok merekalah yang benar dan kelompok yang lain salah, yang akhirnya membawa kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Bukankah jika kita ingin mengkaji lebih dalam lagi bahwa sesungguhnya agama selalu mengajarkan kita akan arti “Kasih Sayang”.

Daftar Pustaka :
1.      Buku ISD, Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk
2.      http://ms.wikipedia.org/wiki/Agama



Friday, November 19, 2010

Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan

Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan, kata-kata yang sangat lazim didengar oleh telinga kita. Dengan berkembangnya zaman tentu akan berkembang pula Ilmu Pengetahuan. Pun dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan maka akan berkembang pula Teknologi di masyarakat.Namun berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak di ikuti dengan perkembangan pendapatan, karena kita masih dapat melihat angka kemiskinan yang besar di masyarakat. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan seakan menjadi tiga elemen yang tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi dan interdepensi dan ramifikasi (percabangan).
Ilmu Pengetahuan
Jika berbicara tentang ilmu pengetahuan, maka kita berbicara tentang dua definisi  yang mempunyai Identitas masing-masing. Banyak definisi yang berkembang jika kita berbicara tentang definisi ilmu pengetahuan, namu jika dapat disimpulkan dari para ilmuwan yang mengemukakan definisi ilmu pengetahuan dapat ditarik garis besar tentang definisi Ilmu Pengetahuan, yaitu  suatu proses pemikiran  dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten.
Untuk mencapai  suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif, diperlukan sikap yang ilmiah pula. Sehingga ilmu itu benar-benar bersifat objektif dan lepas dari prasangka  subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi 4 hal, yaitu :
1.      Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih, sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yan objektif.
2.      Selektif, artinya mengadakan pemilihan  terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3.      Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tidak dapat di ubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4.      Merasa pasti bahwa setiap pendapat,teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk di buktikan kembali,
Teknologi
Sama halnya dengan definisi Ilmu pengetahuan, banyak ilmuwan yang mendefinisikan tentang teknologi. Menurut Taufik (BPPT)  pengertian umum  Teknologi sebagai  sehimpunan cara, peralatan, metode, informasi, dan pengorganisasian yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) atau secara umum untuk memecahkan persoalan tertentu (menjawab persoalan pragmatis), berlandaskan kaidah keilmuan. Dengan demikian, teknologi menunjukkan tekanan pada sisi pragmatis dalam konteks tujuan tertentu atas dasar pengetahuan yang melatarbelakanginya. Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat dalam sebagai hal yang impersonal dan memiliki otonomi menubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki beberapa ciri, diantaranya :
a.       Rasionalitas, artinya tinakan spontan diubah menjadi pemikiran rasional.
b.      Artifisialitas, artinya membuat suatu buatan tidak ilmiah.
c.       Otomatisme, artinya setiap metode dilakukan secara otomatis.
d.      Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.       Monisme, artinya semua teknik saling besatu, berinteraksi dan saling bergantung
f.       Universalisme, artinya teknik dapat melampaui batas kebudayaan dan ediologi.
g.      Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip sendiri.
Dewasa ini berkembang  apa yang disebut Teknologi  Tepat Guna, yaitu pengembangan teknologi yang sesuai dengan budaya  dan geografis masyarakat, yang menggunakan teknologi dalam proses produksinya untuk menghasilkan barang kebutuhan dasar dan bukan barang objek ketamakan.
Namun Teknologi Tepat Guna sering tidak berdaya menghadapi Teknologi Barat yang  masuk dengan ditunggangi oleh segelintir kelompok bermodal besar. Ciri-ciri Teknologi Barat adalah :
1.      Serba Intensif dalam segala hal.
2.      Melestarikan sifat ketergantungan
3.      Menganggap dirinya sebagai pusat
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Penerapan Ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering tidak memperhatikan maslah moral, nilai dan segi-segi manusiawinya.Di dalam masyarakat kita terdapat dua perdebatan tentang ilmu pengetahuan dan nilai, yaitu yang menyatakan ilmu bebas nilai dan yang menyatakan ilmu tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ontologism, epistemologis, dan aksiologis.
Epistomologis merupakan cara  materi ilmu pengetahuan diperoleh dan  disusun menjadi pengetahuan.Ontologis merupakan pengkajian pengetahuan dan Aksiologis merupakan asas penggunaan ilmu pengetahuan.Ketiga komponen ini sangat erat kaitannya dengan nilai atau moral.
Komponen Ontologis menafsirkan realitas yang ada artinya ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatig.Komponen epistomologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses  logis, hipotesis dan verifikasi.Komponen Aksiologis lebih lengket lagi dengan nilai atau moral yang artinya  ilmu harus dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.Ilmu bukanlah tujuan tapi merupakan sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Kemiskinan
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.
Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pendekatan sosial masih sulit mengukur garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara teoritis dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
Atas dasar ukuran ini, maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1.      Tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2.      Tidak memiliki asset produksi dengan kekuatan sendiri
3.      Tingkat pendidikan yang rendah
4.      Lebih banyak tinggal di daerah pedesaan sebagai tenaga lepas.
5.      Tidak mempunyai keterampilan.
Kalau kita menganut Teori Fungsionalis dari statifikasi (Davis), maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi, diantaranya :
1.      Fungsi Ekonomi
Yaitu penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu.
2.      Fungsi Sosial
Yaitu menimbulakan kebaikan spontan dan perasaan.
3.      Fungsi Kultural
Sumber inspirasi  kebijaksanaan teknokrat  dan sastrawan agar mengayomi sesama manusia.
4.      Fungsi Politik
Berfungsi sebagai kelompok marginal yang bersaing dengan kelompok yang lain.
Meskipun kemiskinan mempunyai fungsi bukan berarti kita menyetujui lembaga tersebut, oleh karena kemiskinanan  berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti
Daftar Pustaka :
1.      Buku ISD, Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk
2.      Wikipedia.org
3.      Scribd.com

Friday, November 12, 2010

Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat


            Di dalam masyarakat kita, sering kita dengar terjadinya konflik yang ditimbulkan oleh perbedaan kepentingan, dan  tidak jarang karena perbedaan kepentingan ini terjadilah tindak-tindak  kekerasan di dalam masyarakat itu sendiri. Perbedaan kepentingan ini tidak hanya terjadi pada lapisan masyarakat yang strata sosialnya dapat dikatakan kecil, namun perbedaan kepentingan ini dapat juga terjadi pada kaum elite. Mungkin kita sudah sering mendengar terjadi perbedaan kepentingan misalnya dalam partai politik, dalam masalah social, ekonomi dan juga di semua lapisan dapat kita lihat terjadi perbedaan kepentingan yang tidak jarang menyeret masyarakat kecil yang notabene tidak mengerti apa yang terjadi.
            Konflik yang terjadi pada lapisan masyarakat karena perbedaan kepentingan tersebut tidak jarang timbul karena adanya diskriminasi yang sangat jelas kentara antara masyarakat yang satu dengan lainnya, golongan yang satu dengan golongan yang lain, atau bahkan kelompok etnis tertentu dengan kelompok etnis yang lain yang akhirnya terjadinya tindak kekerasan. Persaingan yang terjadi dalam masyarakat dapat ditimulkan oleh beberapa sebab, misalkan persaingan untuk mendapatkan sesuatu  sebagai contoh dalam hal materiil atau bisa juga terjadi untuk memperebutkan status sosial yang lebih tinggi dari kelompok atau individu tertentu  di dalam lingkungannya dimana aturan dan hukum sudah diremehkan maka dapat timbul diskriminasi yang sangat jelas. Prasangka dapat timbul karena suatu sikap, sedangkan diskriminasi timbul karena adanya suatu tindakan.Dalam kehidupan sehari-hari, prasangka dan diskriminasi seolah-olah menjadi elemen yang sudah menyatu satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
            Individu atau kelompok tertentu selalu menganggap bahwa dirinyalah atau kelompoknyalah yang terbaik,terkuat dan terbesar  sehingga selalu menganggap individu atau kelompok lain terlemah dan berada di bawah mereka, inilah yang disebut dengan Etnosentrisme.
Atau jika diliahat dalam definisi yang lebih luas lagi, Etnosntrisme adalah suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendirisebagai suatu yang prima, terbaik, mutlakdan dipergunakannya untuk mengukur dan menilai serta membedakannya dengan kebudayaan yang lain.Gejala sosial ini merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Maka dapat dikatakan juga bahwa Etnosentris merupakan kecenderungan yang dilakukan secara tidak sadar untuk menilai kelompok lain dengan menjadikan kebudayaan mereka sendiri sebagai tolak ukurnya. Sehingga terkesan kelompok ini sangat eksklusif, dari sinilah dapat menimbulkan kesalah pahaman yang memicu terjadinya diskriminatif dan konflik.
Bisa diambil contoh di dalam Negara kita yang memiliki beragam suku dan adat,serta bahasa yang berbeda tidak jarang kadang timbul pertentangan yang akhirnya menciptakan konflik yang berujung pada tindak kekerasan, seperti konflik antar agama, konflik antar etnis tertentu, dan juga konflik dan pertentangan antara kelompok tertentu.
Sedangkan untuk skala yang lebih luas lagi, dapat kita lihat dalam konflik rasialis antara bangsa kulit putih dengan kulit hitam, konflik yang terjadi antara si kaya dan si miskin, dan bias juga konflik yang timbul karena perbedaan ideologi, ekonomi dan lain sebagainya.
            Di dalam suatu masyarakat, sudah dapat di pastikan terdapat golongan-golongan yang berbeda antar yang satu dengan yang lainnya.Untuk menghindari pertentangan atau konflik yang terjadi dibutuhkan suatu proses penyesuaiandi antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarkat yang memiliki keserasian dan keseimbangan fungsi, hal inilah yang disebut Proses Integrasi Sosial.
Sedangkan Proses penyatuan berbagai aspek budaya ke dalam wilayah bangsa atau nasional agar  terciptanya keselarasan dan keseimbangan demi mewujudkan identitas dan cita-cita suatu bangsa, disebut Integrasi Nasional.
            Bangsa kita merupakan bangsa yang kaya akan keragaman suku,bahasa dan adat istiadat, dengan menyadari hal inilah, hendaknya kita dapat melihat dan memaknai setiap perbedaan yang ada dengan arif dan bijaksana sehingga dapat terciptanya kehidupan yang selaras dan harmonis.Sehingga dapat terwujud Integrasi Nasional yang kuat demi mencapai cita-cita bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Daftar Pustaka :
1. Buku ISD, Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk
2. Wikipedia.org






Thursday, November 4, 2010

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Berbicara mengenai masyarakat, banyak sekali pengertian tentang masyarakat,diantaranya :
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang terikat atau mengikat diri dalam kebudayaan yang mereka anggap sama.Sedangkan menurut ahli sosiologi dunia ada bebarapa pengertian tentang masyarakat, diantaranya :
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Untuk terbentuknya komunitas masyarakat, diperlukan syarat-syarat tertentu, diantaranya :
1.      Terdiri dari sekumpulan manusia yang lebih dari dua orang atau dengan kata lain harus banyak.
2.      Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
3.      Mempunyai daerah tertentu untuk ditempati dalam jangka waktu yang lama.
4.      Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
Terdapat dua jenis tipe masyarakat, yaitu :
1.      Masyarakat dalam arti luas/umum (seperti masyarakat Indonesia)
2.      Masyarakat dalam arti sempit/Komunitas(Masyarakat kota,desa,dsb)
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaaan yang lebih dikenal juga dengan sebutan Urban Community.Pengertian tentang masyarakat perkotaan lebih ditekannkan pada cirri-ciri dan sifat-sifat kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Ada beberapa cirri masyarakat Perkotaan, yaitu :
1.      Kehidupan beragama terasa kurang jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
2.      Orang kota lebih mandiri tanpa harus bergantung kepada orang lain.
3.      Dalam masalah pembagian kerja orang kota lebih tegas dan mempunyai batas yang nyata.
4.      Kesempatan mendapatkan pekerjaan lebih banyak daripada masyarakat desa.
5.      Interaksi yang terjadi lebih ditekankan pada factor kepentingan dibandingkan factor pribadi
6.      Waktu merupakan factor yang sangat penting bagi masyarakat kota.
7.      Perubahan social sangat jelas kentara pada masyarakat perkotaan, karena masyarakat kota lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perbedaan antara kota dan desa
Ada beberapa perbedaan antara kota dengan desa, diantaranya
1.      Jumlah penduduk di kota lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk di desa.
2.      Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih sejuk dan lebih berinteraksi dengan alam, dengan udara yang sejuk, matahari yang bersinar sangat hangat, air yang jernih dan tanah yang subur yang ditumbuhi dengan berbagai macam tumbuhan segar serta sawah yang hijau sedangkan di kota udara sangat pengap dan kotor  oleh polusi udara, serta bangunan beton yang membuat lingkungan terasa sangat sempit.
3.      Mata pencaharian penduduk desa lebih banyak pada bidang agraris seperti bertani dan mengolah sawah atau kebun,peternakan atau atau mengolah perikanan  sedangkan masyarakat kota lebih beragam dalam hal mata pencahariannya.
4.      Corak kehidupandi pedesaan lebih homogen dibandingkan dengan masyarakat kota yang heterogen .
5.      Sistem pelapisan social (Stratiafikasi Social) di kota lebih komplek dibandingkan dengan di kota.
6.      Mobilitas sosial di kota lebih tinggi dibandingkan dengan desa.
Hubungan Desa dan Kota
Antara desa dan kota terdapat hubungan yang saling terikat anatara yang satu dengan lainnya dan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan. Di desalah tempat menghasilkan kebutuhan kebutuhan pangan dan lauk pauk bagi penduduk kota, sedangkan penduduk desa menggantungkan kebutuhannya seperti pakaian, alat-alat obat-obatan, keperluan bertani dan berkebun, sekolah dan sebagainya. Jadi antara keduanya terdapat hungan ketergantungan.
5 Unsur lingkungan Masyarakat Perkotaan :
1.      Wisma
Unsur ini diperlukan untuk tempat berlindung dari alam sekeliling dan tempat berinteraksi dengan kehidupan social.
2.      Karya
Dalam hal ini adalah penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat.
3.      Marga
Dalam hal ini penyediaan fasum dan fasos bagi masyarakat.
4.      Suka
Penyediaan fasilitas hiburan dan rekreasi, kesenian dan kebuyaan bagi masyarakat perkotaan.
5.      Penyempurnaan
Unsur ini adalah penyediaan fasilitas kesehatan, pekuburan, pendidikan, dsb.
Kelima unsur diatas merupakan komponen pokok perkotaan yang dirinci dalam perencanaan pembangunan perkotaan sesuai dengan kebutuhan kota sekarang dan yang akan datang.
Masyarakat Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum  dimana bertempat tinggal suatu masyarakat dengan pemerintahan tersendiri
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Ciri-ciri pedesaan , yaitu :
1.      Saling mengenal satu dengan yang lainnya
2.      Pertalian rasa yang tinggi dengan sekeliling
3.      Mata pencaharian agraris.
Sedangkan ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah :
1.      Memiliki tingkat kekerabatan yang erat dengan sesama anggota masyarakat desanya
2.      Umumnya hidup berkelompok dengan system kekeluargaan.
3.      Sebagian besar hidup sebagai petani
4.      Masyarakat yang homogen
Karena sebagian besar memiliki tingkat kepentingan yang sama, umunya masyarakat di pedesan selalu melakukan segala kegiatan di desa secara bersama-sama atau bergotong royong seperti membangun rumah, pesta adat, pesta panen dan lain sebagainya.Kerja bakti itu sendiri dapat timbul dari inisiatif masyarakat itu sendiri atau dari kepala desa.
Dalam masyarakat pedesaan kita dapat melihat situasi yang aman dan tentram dan hidup saling berdampingan dengan damai, sehingga suasana yang demikian tak jarang mengundang masyarakat kota  untuk pergi ke desa untuk sekedar melepas penat setelah bekerja selama 1 minggu. Namun tak jarang di dalam masyarakat pedesaan dapat timbul gejala-gejala social yang di istilahkan dengan :
a.       Pertengkaran
b.      Pertentangan
c.       Kompetisi
d.      Kegiatan pada masyarakat pedesaan
Sistem Budaya  Petani Indonesia
Petani Indonesia sudah dikenal sebagai petani yang ulet dan selalu bekerja keras, namun ada pola fikir dan mentalitas yang di hidup di kalangan petani Indonesia yang bersifatrelligio magis.
Sistem budaya yang terdapat pada petani Indonesia adalah :
1.      Menyadari keburukan hidup untuk kemudian berprilaku prihatin dan berusaha sebaik-baiknya dengan di iringi ikhtiar.
2.      Bekerja untuk hidup dan mencapai kedudukan
3.      Hanya berfikir tentang hari ini dan kurang memikirkan masa depan.
4.      Menyesuaikan diri dengan alam dan kurang adanya usaha untuk menguasainya
5.      Berfikir bahwa hidup pada hakikatnya hanya bergantung pada sesama.
 Di dalam sebuah desa, terdapat unsur-unsur yang satu dengan lainnya saling terikat, yaitu tanah tempat mereka tinggal, penduduk dan tata kehidupan dalam masyarakat desa itu sendiri. Ketiga hal ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Fungsi Desa
Desa mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1.      Suatu daerah tempat menghasilkan makanan pokok.
2.      Tempat menghasilkan bahan mentah dan tenaga kerja
3.      Desa merupakan tempat yang agraris, manufaktur,industry, desa nelayan dsb.
Jika kita lihat dari nama serta pengertiannya, tentu saja  masyarakat perkotaan dan pedesaan terdapat beberapa perbedaan, diantaranya :
1.      Masyarakat desa berhubungan kuat dengan alam sedangkan masyarakat kota tidak terikat dengan alam.
2.      Dalam mata pencaharian masyarakat desa lebih cenderung bertani sedangkan masyarakat kota lebih kepada sektor formal
3.      Komunitas pedesaan umumnya lebih kecil daripada komunitas perkotaan
4.      Kepadatan penduduk desa lebih rendah dibandingkan masyarakat kota.
5.      Masyarakat desa lebih bersifat homogeny dari pada masyarakat kota yang bersifat heterogen.

Daftar Pustaka :
1. Buku ISD, Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk
2.  Wikipedia.org
3. Organisasi.org